Cari Blog Ini

Senin, 25 Juni 2012

pentignya sebuah proses

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca
koran… “Oh Ayah, ayah” kata sang anak… “Ada apa?” tanya sang ayah….. “aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian
untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan
menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek… aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah,
sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! …
aku capek, sangat capek … aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan
tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! … aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak
menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati… aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk
menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja
bersikap kepada ku… aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka
terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak
mulai menangis… Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya
sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu
kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka
menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur,
dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita??
aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada
banyak ilalang…
aku benci jalan ini ayah” sang ayah hanya diam. Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah,
airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan
pepohonan yang rindang…
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang
ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang
beralaskan rerumputan hijau. “Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu
sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini
begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar
dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? ”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap
kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi…
bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar
saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau
pun harus sabar saat dikelilingi serangga…
dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah..
seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat
apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar
kau tetap kuat …
begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi…
ingatlah anakku…
ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat
kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri…
maka jangan
pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda yang kuat, yang tetap tabah dan
teguh karena ia tahu ada Tuhan besertanya, maka kau akan dapati dirimu
tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk
berhenti dan pulang…
maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah
dari telaga ini …
sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan
tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar