Cari Blog Ini

Kamis, 19 Juli 2012

KETABAHAN SEORANG ISTRI


Ketabahan seorang istri bagaikan sebuah perjalanan panjang yang
tidak mengenal lelah. Seorang ibu memiliki suami dan anak-anak
adalah kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu
membutuhkan pengorbanan dirinya untuk selalu menopang rumah
tangganya. Suami yang bukanlah imam yang baik di dalam keluarga.
Tidak pernah sholat lima waktu dan kegemaran minum-minuman keras hampir menjadi kebiasaan. Ditengah kondisi itu tidak membuatnya
menyerah. Semakin membuat dirinya lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Anak-anaknya dibimbing dijalan Allah. Sekalipun tidak mudah,
tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha Pengasih, akan membukakan pintu hati suamiku,' Itulah yang selalu terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang
disekitarnya yang menganjurkan untuk meninggalkan saja suami seperti itu, tidak pantas menjadi
kepala rumah tangga apalagi istri sebaik dirinya. Istri yang setia itu memilih tetap tegar dan
bersikukuh untuk menjaga dan merawat suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka
dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan
orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru
diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah
membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar
cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu
menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah. Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia
dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan
membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah
sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam
kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan
Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan
telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing
istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.Ketabahan seorang istri bagaikan sebuah perjalanan panjang yang
tidak mengenal lelah. Seorang ibu memiliki suami dan anak-anak
adalah kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu
membutuhkan pengorbanan dirinya untuk selalu menopang rumah
tangganya. Suami yang bukanlah imam yang baik di dalam keluarga.
Tidak pernah sholat lima waktu dan kegemaran minum-minuman keras hampir menjadi kebiasaan. Ditengah kondisi itu tidak membuatnya
menyerah. Semakin membuat dirinya lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Anak-anaknya dibimbing dijalan Allah. Sekalipun tidak mudah,
tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha Pengasih, akan membukakan pintu hati suamiku,' Itulah yang selalu terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang
disekitarnya yang menganjurkan untuk meninggalkan saja suami seperti itu, tidak pantas menjadi
kepala rumah tangga apalagi istri sebaik dirinya. Istri yang setia itu memilih tetap tegar dan
bersikukuh untuk menjaga dan merawat suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka
dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan
orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru
diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah
membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar
cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu
menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah. Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia
dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan
membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah
sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam
kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan
Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan
telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing
istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.
Ketabahan seorang istri bagaikan sebuah perjalanan panjang yang
tidak mengenal lelah. Seorang ibu memiliki suami dan anak-anak
adalah kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu
membutuhkan pengorbanan dirinya untuk selalu menopang rumah
tangganya. Suami yang bukanlah imam yang baik di dalam keluarga.
Tidak pernah sholat lima waktu dan kegemaran minum-minuman keras hampir menjadi kebiasaan. Ditengah kondisi itu tidak membuatnya
menyerah. Semakin membuat dirinya lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Anak-anaknya dibimbing dijalan Allah. Sekalipun tidak mudah,
tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha Pengasih, akan membukakan pintu hati suamiku,' Itulah yang selalu terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang
disekitarnya yang menganjurkan untuk meninggalkan saja suami seperti itu, tidak pantas menjadi
kepala rumah tangga apalagi istri sebaik dirinya. Istri yang setia itu memilih tetap tegar dan
bersikukuh untuk menjaga dan merawat suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka
dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan
orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru
diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah
membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar
cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu
menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah. Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia
dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan
membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah
sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam
kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan
Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan
telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing
istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.

1 komentar: