Cari Blog Ini

Jumat, 10 Agustus 2012

YAA ALLAH, TERIMALAH TAUBATKU



Saudara-saudaraku, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semua orang pasti pernah
berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang rajin bertaubat kepada-
Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha
penyayang.” (QS. Az-Zumar [39] : 53).

Saudara-saudaraku, kezaliman apa pun yang pernah kau lakukan, maka ketahuilah bahwa pintu
ampunan Allah sangatlah lebar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Rabbmu
adalah pemilik ampunan bagi umat manusia atas kezaliman mereka, dan sesungguhnya Rabbmu benar-
benar keras siksanya.” (QS. Ar-Ra’d [13] : 6).

Saudara-saudaraku, kemanakah hendak kau cari ampunan itu kalau bukan kepada-Nya yang berada
di atas langit sana. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Rabbmu adalah pemilik
ampunan sekaligus pemilik siksaan yang amat pedih.” (QS. Fushshilat [41] : 43).

Saudara-saudaraku, tidakkah engkau ingin termasuk orang-orang yang dicintai-Nya, tidakkah engkau
ingin menjadi orang yang diampuni kesalahan dan dosa-dosanya? Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang rajin bertaubat dan (Allah) mencintai
orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al-Baqarah [2] : 222).

Saudara-saudaraku, apakah kamu enggan untuk bertaubat dan menerima ampunan dari-Nya?
Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Apakah mereka tidak mau bertaubat kepada Allah dan meminta ampunan-Nya. Allah Maha
pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Maa’idah [5] : 74).

Saudara-saudaraku, apakah kita tidak ingin terbebas dari azab yang sangat pedih? Apakah kita tidak
ingin mendapatkan kebaikan? Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apabila kalian bertaubat maka
itulah yang lebih baik bagi kalian. Apabila kalian justru berpaling, ketahuilah bahwa kalian tidak akan
bisa melemahkan Allah, dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang kafir bahwa mereka akan
mendapatkan siksa yang amat pedih.” (QS. At-Taubah [9] : 3).

Saudara-saudaraku, kembalilah kepada Dzat Yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, sungguh Dia
tidak akan menyia-nyiakan doa dan amal-amal kalian. Nabi Syu’aib ‘alaihis salam memerintahkan
kepada kaumnya, sebagaimana tercantum dalam ayat (yang artinya), “Mintalah ampunan kepada
Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Rabbku Maha pengasih lagi Maha
penyayang.” (QS. Hud [11] : 90).

Saudara-saudaraku, marilah kita sambut kebahagiaan dan kesuksesan hidup dengan senantiasa
bertaubat kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bertaubatlah kalian semua kepada
Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kalian berbahagia.” (QS. An-Nur [24] : 31).

Saudara-saudaraku, tidak inginkah kita amal-amal buruk dan kemaksiatan kita terhapus dan
dimaafkan oleh Allah kemudian Allah gantikan dengan kebaikan dan ketaatan kepada-Nya? Allah
ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan melakukan
amal salih, maka mereka itulah orang-orang yang akan diganti kejelekan mereka dengan kebaikan.
Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Furqan [25] : 70).

Saudara-saudaraku, marilah kita gapai ampunan Allah dan keberuntungan dari-Nya dengan taubat
yang murni, iman yang tulus dan lurus, serta amal yang ikhlas dan mengikuti tuntunan. Allah ta’ala
berfirman (yang artinya), “Adapun orang yang bertaubat, beriman, dan beramal salih, maka semoga
saja dia termasuk golongan orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Qashash : 67).

Saudara-saudaraku, Allah Maha mengetahui isi hati kita dan keinginan-keinginan yang terbetik di
dalamnya. Tidakkah kita tergerak untuk segera menyambut ampunan-Nya dan bersimpuh di hadapan-
Nya untuk memperbaharui taubat kita. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dialah (Allah) yang
menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. Allah Maha mengetahui
apa yang kalian lakukan.” (QS. Asy-Syura [42] : 25).

Minggu, 05 Agustus 2012

LIANG KUBUR ADALAH perjalanan pertama kita ke akhirat


Khalifah kaum muslimin yang keempat ketiga Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu jika melihat perkuburan beliau menangis mengucurkan air mata hingga membasahi jenggotnya. Suatu hari ada seorang yang bertanya: ؟ﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﻲﻜﺒﺗﻭ ﻲﻜﺒﺗ ﻻﻭ ﺭﺎﻨﻟﺍﻭ ﺔﻨﺠﻟﺍ ﺮﻛﺬﺗ “Tatkala mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis, mengapa engkau menangis ketika melihat
perkuburan?” Utsman pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ﻩﺪﻌﺑ ﺎﻤﻓ ﻪﻨﻣ ﺎﺠﻧ ﻥﺈﻓ ﺓﺮﺧﻵﺍ ﻝﺯﺎﻨﻣ ﻝﻭﺃ ﺮﺒﻘﻟﺍ ﻥﺇ
ﻪﻨﻣ ﺪﺷﺃ ﻩﺪﻌﺑ ﺎﻤﻓ ﻪﻨﻣ ﺞﻨﻳ ﻢﻟ ﻥﺇﻭ ﻪﻨﻣ ﺮﺴﻳﺃ “Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)nya maka
perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)nya maka (siksaan)
selanjutnya akan lebih kejam.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan gharib”. Syaikh al-Albani
menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih) Bagaimanakah perjalanan seseorang jika ia telah masuk di alam kubur? Hadits panjang al-Bara’ bin ‘Azib
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Imam al-Hakim dan Syaikh al-Albani menceritakan
perjalanan para manusia di alam kuburnya: Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
golongan Anshar. Sesampainya di perkuburan, liang lahad masih digali. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun duduk (menanti) dan kami juga duduk terdiam di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada
burung gagak yang hinggap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memainkan sepotong dahan di
tangannya ke tanah, lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda, “Mohonlah perlindungan kepada
Allah dari adzab kubur!” Beliau ulangi perintah ini dua atau tiga kali. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya seorang yang beriman sudah tidak
lagi menginginkan dunia dan telah mengharapkan akhirat (sakaratul maut), turunlah dari langit para malaikat
yang bermuka cerah secerah sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga lalu
duduk di sekeliling mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah malaikat pencabut nyawa
dan mengambil posisi di arah kepala mukmin tersebut. Malaikat pencabut nyawa itu berkata, ‘Wahai nyawa
yang mulia keluarlah engkau untuk menjemput ampunan Allah dan keridhaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan mudahnya) keluar dari tubuh mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari mulut
sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh malaikat pencabut nyawa dan dalam sekejap mata
diserahkan kepada para malaikat yang berwajah cerah tadi lalu dibungkus dengan kafan surga dan diberi
wewangian darinya pula. Hingga terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi. Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat ke langit. Setiap melewati sekelompok malaikat di langit
mereka bertanya, ‘Nyawa siapakah yang amat mulia itu?’ ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’, jawab
para malaikat yang mengawalnya dengan menyebutkan namanya yang terbaik ketika di dunia. Sesampainya
di langit dunia mereka meminta izin untuk memasukinya, lalu diizinkan. Maka seluruh malaikat yang ada di
langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya. Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di sanalah
Allah berfirman, ‘Tulislah nama hambaku ini di dalam kitab ‘Iliyyin. Lalu kembalikanlah ia ke (jasadnya di) bumi, karena darinyalah Aku ciptakan mereka (para manusia), dan kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta
darinyalah mereka akan Ku bangkitkan.’ Lalu nyawa tersebut dikembalikan ke jasadnya di dunia. Lantas datanglah dua orang malaikat yang
memerintahkannya untuk duduk. Mereka berdua bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Rabbku adalah Allah’
jawabnya. Mereka berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’, ‘Agamaku Islam’ sahutnya. Mereka
berdua bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Beliau adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam” jawabnya. ‘Dari mana engkau tahu?’ tanya mereka berdua. ‘Aku
membaca Al-Qur’an lalu aku mengimaninya dan mempercayainya’. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit yang menyeru, ‘(Jawaban) hamba-Ku benar! Maka hamparkanlah surga baginya, berilah dia pakaian
darinya lalu bukakanlah pintu ke arahnya’. Maka menghembuslah angin segar dan harumnya surga
(memasuki kuburannya) lalu kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang. Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang amat tampan memakai pakaian yang sangat indah dan
berbau harum sekali, seraya berkata, ‘Bergembiralah, inilah hari yang telah dijanjikan dulu bagimu’.
Mukmin tadi bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kebaikan’. ‘Aku adalah amal
salehmu’ jawabnya. Si mukmin tadi pun berkata, ‘Wahai Rabbku (segerakanlah datangnya) hari kiamat,
karena aku ingin bertemu dengan keluarga dan hartaku. Adapun orang kafir, di saat dia dalam keadaan tidak mengharapkan akhirat dan masih menginginkan
(keindahan) duniawi, turunlah dari langit malaikat yang bermuka hitam sambil membawa kain mori kasar. Lalu
mereka duduk di sekelilingnya. Saat itu turunlah malaikat pencabut nyawa dan duduk di arah kepalanya
seraya berkata, ‘Wahai nyawa yang hina keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!’.
Maka nyawa orang kafir tadi ‘berlarian’ di sekujur tubuhnya. Maka malaikat pencabut nyawa tadi
mencabut nyawa tersebut (dengan paksa), sebagaimana seseorang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa tersebut sudah berada di tangan malaikat pencabut nyawa, sekejap mata
diambil oleh para malaikat bermuka hitam yang ada di sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus
dengan kain mori kasar. Tiba-tiba terciumlah bau busuk sebusuk bangkai yang paling busuk di muka bumi. Lalu nyawa tadi dibawa ke langit. Setiap mereka melewati segerombolan malaikat mereka selalu ditanya,
‘Nyawa siapakah yang amat hina ini?’, ‘Ini adalah nyawa fulan bin fulan’ jawab mereka dengan
namanya yang terburuk ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia, mereka minta izin untuk memasukinya,
namun tidak diizinkan. Rasulullah membaca firman Allah: ﺞﻠﻳ ﻰﺘﺣ ﺔﻨﺠﻟﺍ ﻥﻮﻠﺧﺪﻳ ﻻﻭ ﺀﺎﻤﺴﻟﺍ ﺏﺍﻮﺑﺃ ﻢﻬﻟ ﺢﺘﻔﺗ ﻻ
ﻁﺎﻴﺨﻟﺍ ﻢﺳ ﻲﻓ ﻞﻤﺠﻟﺍ “Tidak akan dibukakan bagi mereka (orang-orang kafir) pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk
surga, sampai seandainya unta bisa memasuki lobang jarum sekalipun.” (QS. Al-A’raf: 40) Saat itu Allah berfirman, ‘Tulislah namanya di dalam Sijjin di bawah bumi’, Kemudian nyawa itu
dicampakkan (dengan hina dina). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah ta’ala: ُﺮْﻴَّﻄﻟﺍ ُﻪُﻔَﻄْﺨَﺘَﻓ ِﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ َﻦِﻣ َّﺮَﺧ ﺎَﻤَّﻧﺄَﻜَﻓ ِﻪﻠﻟﺎِﺑ ْﻙِﺮْﺸُﻳ ﻦَﻣَﻭ
ٍﻖْﻴِﺤَﺳ ٍﻥﺎَﻜَﻣ ﻲِﻓ ُﺢْﻳِّﺮﻟﺍ ِﻪِﺑ ﻱِﻮْﻬَﺗ ْﻭَﺃ “Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu
disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31) Kemudian nyawa tadi dikembalikan ke jasadnya, hingga datanglah dua orang malaikat yang
mendudukannya seraya bertanya, ‘Siapakah rabbmu?’, ‘Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya. Mereka
berdua kembali bertanya, ‘Apakah agamamu?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ sahutnya. Mereka berdua
bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ “Hah hah… aku tidak tahu’ jawabnya.
Saat itu terdengar seruan dari langit, ‘Hamba-Ku telah berdusta! Hamparkan neraka baginya dan bukakan
pintu ke arahnya’. Maka hawa panas dan bau busuk neraka pun bertiup ke dalam kuburannya. Lalu kuburannya di ‘press’ (oleh Allah) hingga tulang belulangnya (pecah dan) menancap satu sama lainnya. Tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka amat buruk memakai pakaian kotor dan berbau sangat busuk,
seraya berkata, ‘Aku datang membawa kabar buruk untukmu, hari ini adalah hari yang telah dijanjikan
bagimu’. Orang kafir itu seraya bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan kesialan!’, ‘Aku
adalah dosa-dosamu’ jawabnya. ‘Wahai Rabbku, janganlah engkau datangkan hari kiamat’ seru orang
kafir tadi. (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (XXX/499-503) dan dishahihkan oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak
(I/39) dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz hal. 156) Itulah dua model kehidupan orang yang telah masuk liang kubur. Jika kita menginginkan untuk menjadi
orang yang dibukakan baginya pintu ke surga dan diluaskan liang kuburnya seluas mata memandang maka
mari kita berusaha untuk memperbanyak untuk beramal saleh di dunia ini. Suatu amalan tidak akan dianggap saleh hingga memenuhi dua syarat: 1. Ikhlas 2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
merupakan landasan dua syarat di atas. Di antara dalil syarat pertama adalah firman Allah ta’ala: َﺀﺎَﻔَﻨُﺣ َﻦﻳِّﺪﻟﺍ ُﻪَﻟ َﻦﻴِﺼِﻠْﺨُﻣ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻭُﺪُﺒْﻌَﻴِﻟ ﻻِﺇ ﺍﻭُﺮِﻣُﺃ ﺎَﻣَﻭ
ِﺔَﻤِّﻴَﻘْﻟﺍ ُﻦﻳِﺩ َﻚِﻟَﺫَﻭ َﺓﺎَﻛَّﺰﻟﺍ ﺍﻮُﺗْﺆُﻳَﻭ َﺓﻼَّﺼﻟﺍ ﺍﻮُﻤﻴِﻘُﻳَﻭ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5) Di antara dalil syarat kedua adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ﺩﺭ ﻮﻬﻓ ﺎﻧﺮﻣﺃ ﻪﻴﻠﻋ ﺲﻴﻟ ًﻼﻤﻋ ﻞﻤﻋ ﻦﻣ “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan
ditolak.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya (III/1344 no 1718)) Allah menghimpun dua syarat ini dalam firman-Nya di akhir surat Al-Kahfi: ٌﻪَﻟِﺇ ْﻢُﻜُﻬَﻟِﺇ ﺎَﻤَّﻧَﺃ َّﻲَﻟِﺇ ﻰَﺣﻮُﻳ ْﻢُﻜُﻠْﺜِﻣ ٌﺮَﺸَﺑ ﺎَﻧَﺃ ﺎَﻤَّﻧِﺇ ْﻞُﻗ
ﻻَﻭ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ ﻼَﻤَﻋ ْﻞَﻤْﻌَﻴْﻠَﻓ ِﻪِّﺑَﺭ َﺀﺎَﻘِﻟ ﻮُﺟْﺮَﻳ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻤَﻓ ٌﺪِﺣﺍَﻭ
ﺍًﺪَﺣَﺃ ِﻪِّﺑَﺭ ِﺓَﺩﺎَﺒِﻌِﺑ ْﻙِﺮْﺸُﻳ “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110) Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beramal saleh.
Semoga kelak kita mendapatkan kenikmatan di alam kubur serta dihindarkan dari siksaan di dalamnya, amin. Wallahu ta’ala a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyyina muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Tulisan ini terinspirasi dari kitab Majalis Al-Mu’minin Fi Mashalih Ad-Dun-Ya Wa Ad-Din Bi Ightinam Mawasim
Rabb Al-’Alamin, karya Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syahlub (II/83-86) **

Kamis, 26 Juli 2012

Cerita kesedihan istri shalekhah


Mengharu biru; kekuatan kata istri shalehah dalam kisah ini begitu mengena. Catatan yang diambil dari page di sajadah cinta ini , semata-mata ingin menyebarkan manfaat yang terkandung dalam kisah ini. Semoga bermanfaat_ Sore itu, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu. “anty sudah menikah?”. “Belum mbak”, jawabku. Kemudian akhwat itu .bertanya lagi “kenapa?” hanya bisa ku jawab dengan senyuman.. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan. “mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “nunggu suami” jawabnya. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya- tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “mbak kerja dimana?”, ntahlah keyakinan apa yg meyakiniku bahwa mbak ini seorang pekerja, padahal setahuku, akhwat2 seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga. “Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” , jawabnya dengan wajah
yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati. “kenapa?” tanyaku lagi. Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah cara satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas. Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum. Ukhty, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat. “saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing. Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendirilah”. Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi deman, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk diluar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.” Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yg di usapnya. “anty tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700rb/bulan. 10x lipat dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka
pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya , ia selalu berkata “umi,,ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah2an umi ridho”, begitu katanya. Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya “Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara. “beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua dan saudara-saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.” Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan. “kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo ma jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat. “anty tau, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam
hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. Baigaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah dihadapannya hanya karena sebuah pekerjaan. Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding- bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika anty mendapatkan suami seperti saya, anty tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anty pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Dia mengambil tas laptopnya,, bergegas ingin meninggalkannku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho. Ya Allah…. Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku. Pelajaran yang membuatu menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku.. Subhanallah.. Sahabat..
Kekeliruan slama ini, orang mengganggap kebahagiaan itu adalan kaya akan materi.. mobil mewah.. rumah bagus..
Tapi sesungguhnya kekayaan sebanarnya itu ada saat kita merasa cukup akan nikmat ALLAH walaupun tampa ada materi yang bersifat wah..

Rabu, 25 Juli 2012

Baik baik za cayang

Aku tak tahu bagaimana membahasakan perasaanku pagi ini. setelah semalam kutumpahkan
segala rindu yang menyesaki dadaku. Aku menyadari itu sebuah kesalahan, jika tak kusadari
mungkin setiap hari aku akan menumpahkan rindu itu, tapi apa dayaku rinduku hanya menepuk
angin.Dan aku tahu akan ada jutaan luka yang mengiringi setelah kutumpah ruahkan rinduku.
karena tiba-tiba akan menjadi kosong karena sebuah ‘pengabaian’. Maafkan aku yang hanya bisa mengusik harimu, membuatmu tak nyaman dengan semua kata
cinta yang kutujukan untukmu. Maafkan aku, aku tak bisa menyimpannya sendiri. aku tak bisa!
Dan jika akhirnya kamu menghapusnya sebenarnya tak mengapa, aku sadar aku salah. Terkadang aku berfikir untuk pergi dari hidupmu, tapi bagaimana bisa?!!!! Aku tak pernah bisa.
Hingga kelak kau yang akan memintaku pergi dan tak mengusikmu lagi. Karena bagiku apalah arti
bahagia memilikimu kalau ternyata kamu tak bahagia, percuma saja. Sekarang aku sangat siap kau
lepaskan, tapi maaf jangan memintaku berhenti mencintaimu, itu tak bisa kulakukan :’(. Mencintai seseorang yang mungkin tak mengharapkan kita tentu saja sangat menyakitkan. Tapi
berpura-pura tak cinta ku rasakan hampir-hampir membunuhku.. ! Aku, aku benar-benar tak bisa ! Ironisnya, akupun tak ingin kamu mendapatkan perempuan sepertiku. Tak boleh dan tak pernah
boleh ! Aku tak pantas untuk engkau yang selalu menjaga diri dari dosa, tapi ku selalu datang
sebagai iblis yang sangat mengerikan. Jagalah dirimu sayang, jagalah dirimu dari dosa. Harusnya
kutanggung sendiri perih ini, tanpa melibatkanmu dalam dosaku. Jagalah dirimu slalu, anggap aku
tak pernah ada. Dulu kufikir sikapmu dan bentuk pengabaianmu selama ini sebagai cara agar
menjagaku dari dosa, tapi kenyataannya hari-hariku dipenuhi namamu, memikirkan dan terus memikirkanmu, hariku penuh ketakberadayaan, dan keputusasaan. Lalu masih bisakah kusebut itu
sebagai cara?! Aku jujur tak mampu memikulnya. Tapi ini bukan salahmu, akulah yang telah
bermain api, jika aku harus terbakar sendiri memang itulah yang seharusnya. Aku berjanji sikapku
yang mengusikmu takkan kuulangi lagi, hidup bahagialah sayang. Meski ku harus memendam rasa
dan menahan rindu hingga menyakitiku seperih-perihnya hatiku, jangan pernah pedulikanku. Aku
hanya benalu dosa bagimu, jaga dirimu sayang, jangan pernah izinkan aku masuk dalam hatimu. Biarkan kutahan sendiri arus perasaanku yang begitu deras, tak usah engkau hiraukan. Aku
bukanlah perempuan yang baik untukmu, engkau lebih pantas mendapat yang terbaik dari yang
terbaik. Doa tulusku untukmu, kelak semoga engkau mendapatkan kekasih yang mencintaimu dengan
penuh kehormatan dan harga diri, wanita baik-baik, yang indah akhlaknya, yang tinggi
marwahnya, yang alim tuturnya, yang indah parasnya, yang bila di tak ada kau akan mencarinya,
yang jika jauh kau akan merindunya, yang jika sakit kau akan sembuhkan lukanya, yang jika
menangis akan kau hapus air matanya. Dia wanita yang menghargaimu dengan mencintai
Tuhannya lebih dari dirimu, yang jika kau pandang akan menenangkan jiwamu. Dialah wanitamu yang menyejukkan hatimu. Bagiku kebahagianmu adalah kebahagiaanku. Saat ini tak perlu cemas dengan perasaanku, aku tlah terbiasa seperti ini, terbiasa dengan sakit
yang kuciptakan sendiri, kamu tak boleh terlibat dalam perasaan keruhku. Ini hanya skenario
perasaanku, skenario yang melibatkanmu tanpa meminta persetujuanmu, maafkan aku, sungguh
aku minta maaf. Jika bisa memilih, rasanya ingin kembali ke masa lalu dan kita tak harus saling
mengenal. Itu lebih buatku, ketimbang aku terus menerus mengusik kenyamanan hidupmu. Ah
tapi Sang Pemilik Cinta memilih menghadirkanmu di hatiku, sayang aku tak cukup kuat memendam perasaanku. Bukankah ini cukup menjadi petunjuk, bahwa aku bukanlah perempuan yang baik
untukmu. :) Tapi kuakui aku tak pernah menyesal mencintaimu, dan kebahagian luar biasa bagiku ketika
engkau pernah izinkanku mengisi harimu, menjadi bagian dari hidupmu, meski pada akhirnya aku
menyadari aku bukanlah perempuan yang pantas untukmu. Maka benarlah, cinta tak mesti memiliki. Aku harus bangun dari mimpiku yang terlalu tinggi, aku
harus lebih banyak bercermin diri. Aku tak pantas untukmu. Lalu apa yang bisa kuperbuat untuk membayar semua salahku karena tlah melibatkanmu dalam
dosaku ini? Apapun akan aku lakukan, tapi kumohon jangan memintaku berhenti mencintaimu :( Atau haruskah ku pergi dari hidupmu?

Akan kulakukan jika itu membuatmu bahagia, dan aku
berjanji dan akan kupastikan takkan kubiarkan engkau tersentuh ketaknyamanan dariku
‘lagi’, yah meski aku sadar ini akan sangat berat untukku. Tapi untukmu segalanya akan
menjadi bisa. Hmm mungkin ku harus kembali memendam cinta, aku tak boleh membiasakanmu dengan
hadirku.

Karena kita tak boleh bersama, kamu berhak mendapat wanita yang lebih baik, yang
lebih punya harga diri, tak sepertiku. Melulu mengemis padamu, memaksamu mencintaiku seperti
ku mencintaimu. Hikss cintamu tak boleh dipaksakan….

Engkau harus bahagia dengan pilihanmu. Terimakasih cinta…

I Love u from my deepest heart….

Kamis, 19 Juli 2012

Dengarkanlah wahai istriku tercinta


Duhai istriku, wanita yang telah Allah takdirkan
untuk menjadi ibu dari anakku.Sembahlah Allah
semata, jangan pernah engkau menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun yang ada dilangit dan
dibumi.Cintailah Allah melebihi kecintaanmu
kepadaku.Hanya Allah-lah yang berhak untuk kita cintai melebihi apapun.Janganlah kecintaanmu
kepadaku dan anak kita membuat engkau lalai dari
mencintai Allah.Cintailah Allah karena Allah tidak akan
pernah menginggalkanmu.Allah adalah yang Maha
hidup yang akan selalu bersamamu dan tidak pernah
akan meninggalkanmu.

Sementara aku suamimu adalah makhlukNya, yang mana aku pasti akan meninggalkanmu, meninggalkan anak kita untuk kembali kepada Dzat yang Maha Kekal. Cintailah
Allah dengan segenap jiwa dan ragamu, mohonlah kepada Allah supaya kelak Allah berkenan
memberikan RahmatNya untuk mempertemukan dan menyatukan kita didalam SurgaNya. Duhai istriku,bilamana Allah memberi kehormatan untuk memanggilku kembali terlebih dulu maka
janganlah engkau ratapi kepulanganku.

Ketahuilah bahwasannya Allah menjanjikan surga bagi siapa
saja yang iklas dan rela apabila diuji dengan kematian orang-orang yang dicintainya.

Ketahuilah
bahwa aku berdoa kepada Allah untuk menjaga engkau dan anak kita. Allah-lah sebaik-baiknya
penjaga amanah. Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hambaNya.

Duhai istriku,berbaktilah kepadaku karena ridho Allah adalah ridhoku sebagai suamimu. Surgamu
adalah ridhoku.jadilah istri yang sholehah karena engkau adalah ibu dari anak kita. Panutan utama
bagi anak kita.

Engkau sebagai wanita telah diberi kerhormatan oleh Allah sebagai tiang (pondasi)
agama. Jika rusak akhlakmu sebagai wanita maka rusak pula akhlak keluarga kita, anak kita, bangsa
kita dan agama kita.Jagalah selalu kehormatanmu.

Duhai istriku,marilah kita hidup zuhud didunia ini. Kita ambil seperlunya saja kebutuhan kita didunia
ini dan ambil sebanyak-banyaknya bekal untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Mari kita
belanjakan harta kita dijalan Allah.

Janganlah kita berlebih-lebihan (bermegah-megah) didunia ini.
Sungguh Allah telah memperingatkanbahwa bermegah-megah akan membuat kita lalai.Ketahuilah
istriku, bahwasanya kelak didalam surga Allah akan memerintahkan kepada para Malaikat untuk
mengundang orang-orang yang ketika didunia hidup zuhud untuk menghadiri pernikahan Isa putra Maryam. Tidakkah engkau ingin mendapat kehormatan ini?

Duhai istriku,marilah kita senantiasa berusaha menyisihkan harta kita untuk bersedekah.Jangan
pernah menolak apabila ada orang yang miskin yang meminta sedekah kepadamu, berikanlah walau
hanya seratus rupiah atau bahkan hanya dengan sebentuk senyuman.Ketahuilah istriku,
sesungguhnya orang-orang miskin adalah tamu-tamu Allah kelak didalam surga. Tidakkah kita
merasa terhormat apabila bisa memberikan harta kita kepada tamu-tamu Allah?Sungguh Allah tidak
akan pernah menyianyikan pemberian hambaNya.

Duhai istriku,surga adalah sebaik-baiknya tempat untuk kita kembali.Allah telah menjanjikan berjuta
kenikmatan didalamnya.

Ketahuilah istrikku, bahwasannya kenikmatan-kenikmatan didalam surga
tidak ada nilainya dibandingkan dengan kenikmatan ketika kita bertemu langsung dengan Allah
tanpa hijab.Ketahuilah istriku, bahwasanya kita tidak akan bisa masuk kedalam surga tanpa ijin dan
ridho dari Allah.Bahwa sesungguhnya segala ibadah kita adalah sekedar untuk mendapatkan ijin dan
ridho Allah supaya kita dapat memasuki surgaNya.Maka tujukanlah segala amal ibadah kita kepada Allah, iklaskan semua hanya untuk Allah demi mendapatkan ridhoNya.

Duhai istriku,jadilah engkau pribadi yang pandai bersyukur atas segala pemberian Allah. Karena
sesungguhnya Allah telah mencukupkan segala rizki kepada hambaNya. Dan Allah akan terus
menambahkan kenikmatan dan rizkiNya kepada hamba-hambanya yang pandai
bersyukur.Bersyukurkah engkau dengan mengingat Allah dan mendirikan sholat.

Duhai istriku,bersabarlah engkau ketika ditimpa musibah. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan
menimpakan suatu musibah diluar kemampuan kita untuk menanggungnya. Bersabarlah engkau
dengan mengingat Allah, dengan mendirikan sholat.

Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan
sholat. Duhai istriku,engkau adalah pakaian untukku, engkau adalah penutup segala aibku.Ketahuilah bahwasannya junjungan kita Rasulallah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda bahwa seindah-
indahnya perhiasan didunia ini adalah istri yang sholehah.Maka jadikanlah aku laki-laki yang
berbahagia karena memiliki perhiasan yang terindah didunia.

KETABAHAN SEORANG ISTRI


Ketabahan seorang istri bagaikan sebuah perjalanan panjang yang
tidak mengenal lelah. Seorang ibu memiliki suami dan anak-anak
adalah kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu
membutuhkan pengorbanan dirinya untuk selalu menopang rumah
tangganya. Suami yang bukanlah imam yang baik di dalam keluarga.
Tidak pernah sholat lima waktu dan kegemaran minum-minuman keras hampir menjadi kebiasaan. Ditengah kondisi itu tidak membuatnya
menyerah. Semakin membuat dirinya lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Anak-anaknya dibimbing dijalan Allah. Sekalipun tidak mudah,
tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha Pengasih, akan membukakan pintu hati suamiku,' Itulah yang selalu terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang
disekitarnya yang menganjurkan untuk meninggalkan saja suami seperti itu, tidak pantas menjadi
kepala rumah tangga apalagi istri sebaik dirinya. Istri yang setia itu memilih tetap tegar dan
bersikukuh untuk menjaga dan merawat suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka
dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan
orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru
diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah
membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar
cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu
menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah. Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia
dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan
membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah
sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam
kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan
Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan
telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing
istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.Ketabahan seorang istri bagaikan sebuah perjalanan panjang yang
tidak mengenal lelah. Seorang ibu memiliki suami dan anak-anak
adalah kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu
membutuhkan pengorbanan dirinya untuk selalu menopang rumah
tangganya. Suami yang bukanlah imam yang baik di dalam keluarga.
Tidak pernah sholat lima waktu dan kegemaran minum-minuman keras hampir menjadi kebiasaan. Ditengah kondisi itu tidak membuatnya
menyerah. Semakin membuat dirinya lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Anak-anaknya dibimbing dijalan Allah. Sekalipun tidak mudah,
tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha Pengasih, akan membukakan pintu hati suamiku,' Itulah yang selalu terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang
disekitarnya yang menganjurkan untuk meninggalkan saja suami seperti itu, tidak pantas menjadi
kepala rumah tangga apalagi istri sebaik dirinya. Istri yang setia itu memilih tetap tegar dan
bersikukuh untuk menjaga dan merawat suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka
dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan
orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru
diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah
membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar
cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu
menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah. Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia
dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan
membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah
sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam
kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan
Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan
telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing
istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.
Ketabahan seorang istri bagaikan sebuah perjalanan panjang yang
tidak mengenal lelah. Seorang ibu memiliki suami dan anak-anak
adalah kebahagiaan yang tidak terkira namun kebahagiaan itu
membutuhkan pengorbanan dirinya untuk selalu menopang rumah
tangganya. Suami yang bukanlah imam yang baik di dalam keluarga.
Tidak pernah sholat lima waktu dan kegemaran minum-minuman keras hampir menjadi kebiasaan. Ditengah kondisi itu tidak membuatnya
menyerah. Semakin membuat dirinya lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Anak-anaknya dibimbing dijalan Allah. Sekalipun tidak mudah,
tidak membuatnya menyerah. 'Allah Maha Pengasih, akan membukakan pintu hati suamiku,' Itulah yang selalu terucap di dalam hatinya. Banyak orang-orang
disekitarnya yang menganjurkan untuk meninggalkan saja suami seperti itu, tidak pantas menjadi
kepala rumah tangga apalagi istri sebaik dirinya. Istri yang setia itu memilih tetap tegar dan
bersikukuh untuk menjaga dan merawat suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka
dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan tentang ketulusan dan pengorbanan demi kebahagiaan
orang yang dicintai, karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru
diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah
membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar
cinta yang dimiliki untuk menjalani luka itu. Kalau cintanya kecil, luka kecilpun menjadi beban yang berat. Namun dirinya memiliki kekuatan cinta yang besar, luka sebesar apapun maka dirinya mampu
menanggung luka dan derita yang dialaminya untuk meraih keridhaan Allah. Ditengah luka dan derita yang ditanggungnya, beliau datang & bershodaqoh di Rumah Amalia
dengan harapan shodaqohnya menjadi jalan untuk meraih keridhaan Allah agar berkenan
membukakan pintu hati suaminya. Sampai suatu hari sang suami jatuh sakit dan harus masuk rumah
sakit karena menderita sakit lever yang dideritanya cukup parah harus segera dioperasi, dalam
kondisi yang mencekam itu membukakan hati suaminya, sebuah kesadaran untuk menuju jalan
Allah yang selama ini diabaikannya. Air matanya mengalir mendengar suara suaminya yang terus menerus beristighfar ditengah terbaring lemah pasca operasi. Doa dan perjuangan yang dilakukan
telah membuahkan hasil. Suaminya telah kembali menjadi imam di dalam rumah tangga, membimbing
istri dan anak-anaknya di jalan yang diridhai oleh Allah.

Rabu, 18 Juli 2012

KESABARAN YANG BERUJUNG KEBAHAGIAAN



" Malam, pagi, siang sob,,,,,
Kali ini aku mau posting, tentang kesabaran seseorang dalam UJIAN PERCINTAAN. Aku menulis posting ini, karena aku terinspirasi dari kisah sahabatku sendiri. Akupun ingin membuat postingan tentang KESABARAN YANG BERUJUNG KEBAHAGIAAN. langsung saja ke ceritanya yaaa.....

" Sepasang kekasih yang saling mencinta. Wajar bagi sepasang kekasih, untuk selalu ingin bersama di dalam suka' maupun duka. Pada awal mulanya, hubungan mereka baik - baik saja. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Hingga pada suatu hari, di tanyalah tentang hari lahir. Yang namanya orang jawa, atau kejawen, masih dan sangat memperhitungkan masalah peritung, dalam bahasa jawa.
Orang tua pihak perempuan sangat menentang keras, dengan alasan harinya tidak cocok. Sejak saat itulah, mereka berhubungan dengan sembunyi - sembunyi. Mereka berdua menahan rindu untuk bertemu. Mereka hanya bisa berhubungan sebatas lewat ponsel.
Berbagai usaha mereka lakukan, untuk membuat luluh hati orang tua perempuan. Tapi usaha mereka sama sekali tiada hasil. Mereka masih bersikukuh pada pendiriannya.mereka tidak pernah memikirkan tentang rasa cinta sepasang kekasih ini.
Akhirnya bermodalkan KESABARAN DAN KEYAKINAN mereka lalui hari - hari itu dengan senantiasa berharap untuk mendapat restu dari orang tuanya. Mereka lalui hari hari itu selama kurang lebih 2,5 tahun, dengan satu harapan. Hanya keyakinan pasti bersatu, yang membuat mereka dapat melalui hari adhari yang sangat melelahkan.
Sampai pada akhirnya, ALLAH membukakan pintu hati orang tuanya,dan merestui hubungan mereka.sepasang kekasih ini bagaikan mentari yang terbit di pagi hari.mereka bahagia, dan sangat bahagia.semoga hubungan mereka dapat abadi sampai ajal menjemput.
Kisah ini adalah kisah nyata yang di alami seseorang. Memang sengaja aku publikasikan, agar kita semua senantiasa bersabar dalam menjalani cobaan dan ujian kehidupan.dan yakinlah, di balik itu semua ada hikmahnya. Karena ALLAH SENANTIASA MENYERTAI HAMBANYA YANG SABAR. Sekian dulu postingan tentang KESABARAN YANG BERUJUNG KEBAHAGIAAN ini. Semoa kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini.


--/--
Jangan lupa tinggalkan komentar......